IDF Lawatari: Tarian sebagai Wujud Aktualisasi Diri Perempuan

Ditulis oleh: Petra Radyaning Bestari

IDF Lawatari

Aktualisasi diri perempuan dapat terwujud melalui berbagai macam cara. Seni tari merupakan salah satu bentuk ekspresi kreatif yang menjadi wujud nyata dari aktualisasi diri perempuan. Melalui gerakan-gerakan indah dan ekspresif, seni tari menjadi medium perempuan untuk mengekspresikan identitas, emosi, serta kekuatan mereka. Lovise berkesempatan menjadi saksi dan mendukung penuh pertunjukan “Lawatari” yang diadakan oleh Indonesia Dance Festival pada 19-21 Januari 2024 di Studio Banjarmili, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Isu Perempuan dalam Pertunjukan Lawatari

Lawatari terbentuk dari gabungan dua kata, yaitu “Lawat” dan “Tari”. IDF melawat Yogyakarta sebagai kota ketiga usai sukses berlangsung di Makassar dan Padang Panjang. Dalam menyelenggarakan Lawatari, IDF berkolaborasi dengan pegiat tari perempuan yaitu Mila Rosinta Totoatmojo (Mila Art Dance Lab) dan Nia Agustina (Paradance Platform).

Pertunjukan Lawatari menampilkan karya-karya koreografer perempuan asal Yogyakarta, yaitu Megatruh Banyu Mili, Ni Putu Arista Dewi, Sri Cicik Handayani, Valentina Ambarwati, dan Siti Alisa. Setiap akhir pertunjukan berlangsung sesi Bincang Karya dengan #DudukBareng para koreografer yang menjelaskan makna dari setiap karya.

IDF Lawatari 1

Mila Rosinta Totoatmojo sebagai salah satu penggagas Lawatari menyatakan bahwa Lawatari merupakan program yang baik untuk memperkenalkan karya dari perempuan seniman muda yang merupakan praktisi dan pecinta tari. Lebih lanjut, Mila juga berbagi cerita bahwa dirinya sebagai perempuan seniman tari kerap mengalami tantangan dan berbagi peran dalam konteks domestik dan profesional. Maka dari itu, pertunjukan Lawatari tidak hanya menampilkan koreografer dan penari perempuan, tetapi juga lekat dengan isu perempuan yang terbalut dalam sebuah tarian. 

“Ganda”, sebuah karya dari Valentina Ambarwati, menceritakan mengenai perempuan yang multiperan dengan menampilkan sosok perempuan buruh gendong Pasar Beringharjo. Buruh perempuan tersebut merupakan seorang ibu dan istri yang harus memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan bekerja sebagai buruh gendong. “Atandâng”, sebuah karya dari Sri Cicik Handayani, mencoba menelusuri aktivitas nandâng (menari) para penayub (penari laki2) dengan cara membaca ulang gestur laki-laki dalam koreografi seni tradisi melalui sudut pandang perempuan. Karya tari lainnya tereksekusi dengan sempurna dengan kesan yang membekas dalam benak penikmat tari. 

Wujud Aktualisasi Diri Perempuan dalam sebuah Tarian

Dalam dunia tari, perempuan memiliki kesempatan untuk membebaskan diri dari batasan sosial dan norma yang menghalangi potensi diri. Setiap gerakan dalam tarian memiliki makna yang mendalam seperti kelembutan, kekuatan, kelenturan, bahkan ketangguhan diri seorang perempuan. Seni tari memungkinkan perempuan untuk merayakan keberagaman tubuh dan membangun rasa percaya diri yang kuat. 

Ekspresi tari juga menjadi jendela emosional. Perempuan dapat mengungkapkan perasaan, pengalaman, dan pemikiran mereka. Setiap makna dalam tarian tidak hanya memberikan suara kepada perempuan, tapi juga memperkaya dan memperdalam pemahaman kepada masyarakat luas tentang berbagai dimensi kehidupan perempuan. 

Seni tari tidak hanya menjadi sarana untuk aktualisasi diri perempuan, tetapi juga menjadi jembatan solidaritas di antara sesama perempuan. Kolaborasi tarian menciptakan hubungan yang kuat dan mendalam di antara perempuan, menguatkan dukungan satu sama lain dalam perjalanan aktualisasi diri. 

Melalui pertunjukan Lawatari, Lovise hadir sebagai wujud cinta dengan mendukung perempuan mengaktualisasikan diri melalui tarian. Semua bentuk aktualisasi diri perempuan adalah valid, karena perempuan memiliki identitas dan cara berekspresi yang berbeda-beda. Walaupun kesempatan perempuan untuk berkarir dan berkontribusi di masyarakat sudah ada, namun Lovise menyadari bahwa perempuan belum sepenuhnya memiliki kebebasan penuh dalam aktualisasi diri, karena terikat dengan tanggung jawab domestik. Lovise berharap, perempuan semakin mampu untuk mengoptimalkan potensi diri dan mewujudkan mimpi dengan semangat dan percaya diri. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *